inovasi pembelajaran

INOVASI PENDIDIKAN

Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata

 SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN UDARA

Karya inovasi

Untuk memenuhi sebagian tugas

Program Pendidikan Profesi Guru

 

Disusun oleh:

Theresia Oktarina Krisnawati

 

 

 

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN

JAKARTA

2013

 

INOVASI PENDIDIKAN

Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata

 SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN UDARA

Karya inovasi

Untuk memenuhi sebagian tugas

Program Pendidikan Profesi Guru

 

Disusun oleh:

Theresia Oktarina Krisnawati

 

 

 

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN

JAKARTA

2013

 

KATA PENGANTAR

Salah satu tujuan disajikannya inovasi dalam hal praktikum biologi untuk SMP adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan inkuri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah, serta berkomunikasi. Tujuan tersebut akan tercapai bila peserta didik tidak hanya mendapatkan informasi secara abstrak melaui pembelajaran di kelas, namun juga dapat melakukan suatu tindakan yang nyata berkaitan dengan materi pembelajaran. Inkuri ilmiah dapat dicapai apabila peserta didik dilatih untuk mengobservasi, mencatat data,mengartikan data, menyusun hipotesis, melakukan eksperiment, menyimpulkan hasil eksperiment, melaporkan kegiatan ilmiah dan menyampaikan hasil penemuan dengan baik secara tertulis atau lisan.

Bagi peserta didik, karya inovasi ini dirancang untuk melatih peserta didik agar mandiri tidak tergantung dengan apa yang dikatakan oleh pengajar. Dengan melakukan kegiatan sebagaimana dalam karya inovasi ini, peserta dapat lebih mengembangkan potensi yang ada. Semakin banyak peserta didik melakukan kegiatan, peerta didik akan semakin lebih memperkaya diri dengan pengetahuan dan pengalaman langsung.

Bagi pengajar, karya inovasi ini dapat digunakan sebagai salah satu sarana pembelajaran yang tentunya akan memperjelas pemahaman peserta didik. Dalam hal iini, pengajar hanya sebagi fasilitator yang akan membimbing dan mengarahkan peserta didik selama melakukan proses pembelajaran. Evaluasi belajar tidak hanya ditujukan untuk mengukur kemmpuan kerja peserta didik, namun juga mencakup terbentukknnya kemampuan  untuk bersikap dan bertindak positif dan sikap ilmiah serta peningkatan keterampilan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan ilmiah.

Semoga karya inovasi ini memberi manfaat untuk peningkatan kualitas pendidikan.

Jakarta, 15 Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. iii

DAFTAR ISI. iv

DAFTAR GAMBAR.. v

GLOSARIUM… vi

Abstrak. viii

BAB I PENDAHULUAN.. 2

A.     Latar Belakang. 2

B.     Rumusan masalah. 3

C.     Kajian Teori 3

D.     Hipotesis. 8

E.     Manfaat Penulisan. 8

Bagi Peserta Didik. 8

Bagi Pengajar. 8

Bagi Pendidikan. 8

F.      Tujuan Penulisan. 8

G.     MetodePenelitian. 9

BAB II PEMBAHASAN.. 11

BAB III SIMPULAN DAN SARAN.. 15

A.     Simpulan. 15

B.     Saran. 15

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 1.1 Rhoeo discolor. 6

Gambar 1.2 Sansivera trifasciata. 7

                                                                                                                             

GLOSARIUM

 

Benzene : Senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau yang manis
Bioindikator : Indikator biotis yang dapat menunjukkan waktu dan lokasi, kondisi alam (bencana alam), serta perubahan kualitas lingkungan yang telah terjadi karena aktifitas manusia
DDT : Salah satu yang dikenal pestisida sintetis
Epidermis : Lapisan jaringan, biasanya setebal satu lapis sel saja, yang menutupi permukaan organ, seperti daunbatangakar, dan bunga
Faneropor : Sel penutup letaknya dapat sama tinggi dengan permukaan epidermis lainnya
Formaldehyde : Aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane
Fotosintesis : Suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil
Kloroplas : Plastid yang mengandung klorofil
Kriptopor : Sel penutup letaknya menonjol atau tenggelam di bawah permukaan epidermis
Lignin : Salah satu zat komponen penyusun tumbuhan
Mikroskop : Sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar
Sel penutup : Dua buah sel dengan bentuk khusus yang mengapit celah
Sel tetangga : Sel epidermis yang berdekatan dengan sel penutup
Stomata : Celah dari kedua sel penutupnya
Trichloroethylene : Hidrokarbon terklorinasi yang umumnya digunakan sebagai pelarut dalam industri

 

 

 

 

Abstrak

 

Proses pembelajaran merupakan aktivitas utama peserta didik yang dilakukan. Pengembangan berbagai inovasi pembelajaran dilakukan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan peserta didik. Salah satu pengembangan inovasi adalah pengembangan dibidang kerja praktikum. Praktikum yang dilakukan bukan semata hanya mengacu pada satu bahan yang biasa digunakan, namun pengembangan menggunakan bahan alternatif lain yang dapat dipakai bukan saja hanya untuk mengetahui satu hal, namun beberapa hal dalam satu kali kerja praktikum. Inovasi kerja praktikum dalam karya inovasi ini adalah pemanfaatan tanaman Rhoeo Discolor dan Sanseviera Trisciata sebagai indikator pencemaran udara. Pelaksanaan inovasi praktikum dikakukan bersamaan dengan materi biologi yang berkaitan dengan pencemaran udara. Peserta didik melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah di berikan, sedangkan penyampaian hasil dapat dilakukan dengan presentasi dan pelaporan. Pengajar dalam hal ini berperan sebagai fasilitator dan pembimbing untuk setiap kerja peserta didik.

Hasil yang diharapkan dalam inovasi praktikum iniadalah dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman langsung kepada peserta didik sehingga secara tidak langsung kan meningkatkan mutu pendidikan. Disamping itu, inovasi ini bertujuan juga untuk peninngkatan dan perbaikan struktur karakter.

 

Kata kunci: Rhoeo Discolor,  Sanseviera Trisciata,  pencemaran udara, inovais

 

BAB I PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

 

Pendidikan sudah mengalami perubahan yang semakin pesat begitu juga pendidikan di Indonesia. Pendidikan Indonesia mengalami perkembangan di berbagai bidang dari sisi akademik, teknologi, dan juga pendidikan karakter. Perkembangan yang pesat di bidang pendidikan  mendorong untuk melakukan berbagai inovasi sebagai salah satu upaya perbaikan pendidikan. Proses pembelajaran dulu lebih menitik beratkan pada cara pengajar memberikan materi ke peserta didik, tanpa meminta adanya timbal balik. Akan tetapi untuk proses pendidikan masa kini, inovasi dalam bidang pendidikan bukan saja harus dilakukan oleh pengajar, namun juga oleh pesertadidik. Dalam perkembangan pendidikan pengajar hanya berperan sebagai fasilitaor yang membantu peserta didik mengembangkan materi pokok yang berikan. Proses pembelajaran harus dilaksanakan secara menarik, menyenangkan, dan berbobot. Oleh karenanya pengembangan cara belajar harus dilakukan agar perserta didik dapat mengembagkan potensi yang ada.

Pengembangan inovasi juga dapat diterapkan dalam  pelaksanakan dalam praktikum yang dilakukan di mata pelajaran biologi khususnya, peserta didik diajak bukan saja melakukan kegiatan yang sesuai dengan buku, atau materi dasar namun peserta didik juga diajak untuk mencoba hal baru yang terkait dengan materi tersebut. Materi yng diangkat dalam inovasi ini adalah mengenai pencemaran udara. Pencemaran udara khususnya di kota besar seperti jakarta sudah menjadi perhatian khusus. Indikator adanya pencemaran udara dapat dilihat dari beberapa hal seperti melihat dan menganalisis kandungan bahan kimia di udara, melihat dari bioindikator pencemaran udara. Cara penelitian pencemaran udara secara kimia atau melalui agen bio dapat untuk melihat tingkat pencemaran udara. Salah satu inovasi praktikum yang dapat dilakukan dalam materi pencemaran udara adalah melihat stuktur anatomi daun yakni pada bagian stomata. Dari inovasi tersebut anak diajak untuk melihat hal yang terjadi pada stomata dengan membandingkan tanaman yang diambil dari tempat yang berbeda. Inovasi tersebut bukan saja mengajarkan mengenai pencemaran, namun juga stuktur organ tumbuhan.

B.     Rumusan masalah

 

Bagaimana inovasi paktikum mengenai pencemaran udara mempengaruhi bentuk stomata pada tanaman Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata dapat mempengaruhi pembelajaran?

C.    Kajian Teori

 

Belajar merupakan proses membangun suatu pengetahuan dalam diri seseorang baik secara aktif maupun pasif, sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Ada beberapa gagasan yang menyatakan bahwa belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme, oleh karena itu  belajar membutuhkan waktu. Perubahan perilaku dapat berupa cara pandang mengenai suatu hal sehingga dapat menentukan sikap dirinya di masyarakat. Belajar juga dapat mempengaruhi sektor kognitif atau pemahaman pada diri seseorang. Belajar juga dapat berupa suatu hasil pengalaman, baik itu pengalaman langsung pada diri peserta didik. Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Definisi ini kelihatannya sangat sederhana, tetapi sangat memberikan penjelasan yang bermakna (Dahar, 1996: 11).

Banyak pendekatan dalam mengkaji konsep-konsep biologi, diantaranya dengan kegiatan praktikum. Pembelajaran biologi tidak lepas dengan kegiatan praktikum, dikarenakan hal di bawah ini:

  1. Banyaknya konsep abstrak dalam biologi yang harus dimengerti. Dengan kegiatan praktikum ini konsep abstrak tersebut dapat dipahami dengan mudah.
  2.  Biologi merupakan ilmu pengetahuan tentang suatu hal yang hidup oleh karena itu didalamnya tersusun atas banyak teori-teori tentang kehidupan, untuk membuktikan kebenaran teori tersebut maka kegiatan praktikum dilaksanakan.
  3. Sarana pengambilan data suatu peristiwa biologi, dan sebagainya.

 

Menurut PP No. 41/199;

“Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya;  Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara;  Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya”

 

Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia menurut Juliantara (2010) antara lain:

  1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)
  2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada
  3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota
  4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota
  5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas
  6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor
  7. Faktor perawatan kendaraan
  8. Jenis bahan bakar yang digunakan
  9. Jenis permukaan jalan
  10. Siklus dan pola mengenudi (driving pattern)

Stomata adalah suatu celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup yang berisi kloroplas dan mempunyai bentuk serta fungsi yang berlainan dengan epidermis (Anonim, 2011).

Fungsi stomata (Anonim, 2011):

  • Sebagai jalan masuknya CO2 dari  udara pada proses  fotosintesis
  • Sebagai jalan penguapan (transpirasi)
  • Sebagai jalan pernafasan (respirasi)

Sel yang mengelilingi stomata atau biasa disebut dengan sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup. Sel penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan permukaan epidermis lainnya disebut faneropor, sedangkan jika menonjol atau tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor. Setiap sel penutup mengandung inti yang jelas dan kloroplas yang secara berkala menghasilkan pati. Dinding sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis lignin (Lakitan, 1993).

Berdasarkan hubungan ontogenetik antara sel penjaga dan sel tetangga, stomata dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu (Dwijoseputro, 1984):

  1. Stomata mesogen, yaitu sel tetangga dan sel penjaga asalnya sama.
  2. Stomata perigen, yaitu sel tetangga berkembang dari sel protoderm yang berdekatan dengan sel induk stomata.
  3. Stomata mesoperigen, yaitu sel-sel yang mengelilingi stomata asalnya berbeda, yang satu atau beberapa sel tetangga dan sel penjaga asalnya sama, sedangkan yang lainnya tidak demikian.

 

Rhoeo discolor merupakan tanaman hias, tumbuh subur di tanah yang lembab. Termasuk anggota suku gawar-gawaran, berasal dari Meksiko dan Hindia Barat. Tinggi pohon 40 cm – 60 cm, batang kasar, pendek, lurus, tidak bercabang. Daun lebar dan panjang, mudah patah, warna daun di permukaan atas: Hijau, dan di bagian bawah berwarna merah tengguli. Panjang daun + 30 cm, lebar 2,5 – 6 cm. Bunga berwarna putih, berbentuk bunga kerang (Azharion. 2012)

Gambar 1.1 Rhoeo discolor

 

Klasifikasi Tumbuhan

Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi     : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas               : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas        : Commelinidae

Ordo                : Commelinales

Famili              : Commelinaceae

Genus              : Rhoeo

Spesies             : Rhoeo discolor

 

Sansevieria atau lidah mertua adalah marga tanaman hias yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing. Dibanding tumbuhan lain, Sanseviera memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksidabenzeneformaldehyde, dan trichloroethylene (wikipedia).

Gambar 1.2 Sansivera trifasciata

 

Klasifikasi Tumbuhan

Kingdom         : Plantae

Clade               : Angiosperms

Order               : Asparagales

Family             : Asparagaceae

Subfamily        : Nolinoideae

Genus              : Sanseveria

Species            : Sansivera trifasciata

D.    Hipotesis

 

Ada pengaruh inovasi praktikum pencemaran udara terhadap bentuk stomata pada tanaman Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata dengan pemahaman pengetahuan peserta didik

E.     Manfaat Penulisan

Bagi Peserta Didik

  1. Memberi pengetahuan dan pengalaman terhadap peserta didik mengenai pencemaran udara dan bioindikatornya
  2. Memberi inovasi untuk mencoba hal lain yang dapat dijadikan bioindikator terhadap suatu pencemaran

Bagi Pengajar

Memberi inovasi baru untuk melakukan penelitian lain yang dapat digunakan dalam pengajaran

                Bagi Pendidikan

Memberi kontribusi pengetahuan baru yang dapat digunakan dalam pengajaran di sekolah

F.     Tujuan Penulisan

Mengetahui pengaruh penggunaan inovasi praktikum pencemaran udara mempengaruhi bentuk stomata pada tanaman Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata terhadap pemahaman pengetahuan peserta didik

 

 

G.    MetodePenelitian

 

Materi Pokok : pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan dan pengelolaan lingkungan
Sub Bab : Dampak aktifitas manusia terhadap pencemaran lingkunga
Pokok Bahasan : Pencemaran udara

Rencana pelaksanaan

  1. Observasi Pendahuluan

Dalam tahap observasi pendahuluan ini, mengeksplor sesuatu yang dapat dijadikan bioindikator pencemaran udara

  1. Pelaksanaan penelitian

Bahan:

  1. Daun Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata yang diambil dari berbagai tempat yang berbeda
  2. Aquadest

Alat:

  1. Mikroskop
  2. Objek gelas dan penutup
  3. Scalple
  4. Pipet tetes
  5. Pinset

Cara kerja:

  1. Siapkan daun Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata
  2. Buat sayatan pada bagian belakang daun dengan scalpel dan ambil sayatan dengan pinset denganukuran ±1×1 cm
  3. Letakkan hasil sayatan ke atas objek gelas
  4. Tetesi dengan aquadest
  5. Tutup dengan penurup objek gelas
  6. Amati di bawah mikroskop
  7. Catat hasil yang diperoleh berdasarkan lembar pengamatan dan gambar penampang stomatanya

 

 

BAB II PEMBAHASAN

 

Pencemaran akan bertambah atau tidak tergantung pada berkembangnya penduduk pada daerah yang sempit hingga peruntukannya untuk per orang menjadi lebih kecil, tetapi juga disebabkan oleh hasil buangannya yang meningkat setiap tahun. Menurut Odum (1971), klasifikasi pencemaran dapat disamakan dengan klasifikasi lingkungan, yaitu udara, air dan tanah, sedang polutannya bisa berupa timah, carbon dioksida, limbah padat, bahan kimia yang tak bisa mengalami degradasi di lingkungan seperti DDT dan sebagainya. Beberapa polutan yang berupa gas akan menyebabkan pencemaran udara. Pencemaran yang tidak mempunyai batas wilayah adalah pencemaran udara. Keberadaan udara di alam tergantung dari material yang mempengaruhinya, dan pada umumnya udara di alam sudah tercemar oleh polutan yang berasal dari industri, mobilitas manusia, yang termasuk di dalamnya sarana trasnportasi (Ryadi, 1992), kebakaran hutan, pembusukan sampah tanaman, padatan atau cairan yang berukuran kecil yang ditiupkan oleh angin juga dapat tersebar (Fardi’az, 1992).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran pencemaran udara yaitu keadaan geografis, topografis, klimatologis, suhu udara, arah angin. Besar kecilnya daerah penyebaran tergantung kepada faktor-faktor tersebut. Adapun sumber pencemar udara dapat digolongkan dalam dua kriteria, yaitu pertama sumber stationer seperti kompleks industri, rumah tangga dan pembakaran sampah.

Menurut Fitter dan Hay (1991), polutan udara dapat menyebabkan perubahan pada respon stomata, struktur klorofil, fiksasi CO2, dan sistem transportasi elektron. Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau porus, jadi stomata adalah lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard Cell), dimana sel penutup tersebut adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami kejadian perubahan bentuk dan fungsi yang dapat mengatur besarnya lubang- lubang yang ada diantaranya. Fungsi dari stomata ialah tempat pertukaran gas dimana tumbuhan akan menyerap CO2 dari udara bebas melalui stomata dan mengeluarkan O2 melalui stomata.

Isvasta Eka (2002) juga menyebutkan  bahwa kerusakan stomata yang disebabkan oleh gas buang kendaraan bermotor  ditunjukkan dengan rusaknya sel penutup, yang terletak terputus dan letak sel penutup bergeser dari tempat semula, sehingga sel penutup yang satu dengan sel penutup yang lain kedudukannya tidak sejajar. Polutan berupa cairan atau partikel masuk ke dalam jaringan tumbuhan melalui  tahapan melekat pada permukaan daun, kemudian jatuh ke tanah karena hujan, masuk ke dalam jaringan melalui sistem perakaran dan ditranslokasikan ke bagian lain dari tumbuhan (Csintalan dan Tuba, 1992), atau penyerapan langsung dari udara melalui stomata (Kovacs, 1974).

Salah satu cara untuk mengetahui pencemaran udara dapat dilihat dalam penellitian terhadap bentuk stomata pada beberapa tanaman. Dalam inovasi pembelajaran khususnya dalam hal praktikum, untuk mengetahui pencemaran udara dapat menggunakan stomata daun tanaman Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata.

Dalam praktikum yang biasa dilakukan, daun Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata hanya digunakan sebagai sarana untuk melihat anatomi daun secara umum. Sedangkan dalam karya inovasi yang dibuat daun Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata dimanfaatkan sebagai salah satu bioindikator pencemaran. Bioindikator merupakan agen yang berperan sebagai penanda adanya perubahan yang diakibatka oleh adanya pencemaran dengan menggunakan agen biologi seperti tanaman, tumbuhan, dan mikroorganisme. Seperti yang telah dikatakan salah satu cara mengetahui adanya dampak pencemaran udara adalah dengan cara membandingkan bentuk stomata daun yang berada di tempat yang banyak menghasilkan polusi dan tidak atau sedikit menghasilkan polusi. Daun dari Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata diambil dari tempat yang berbeda, kemudian dilakukan penyayatan dibagian punggunng daun. Sayatan tersebut diamati dibawah mikroskop. Dalam pengamatan terlihat penampang daun dimana didalamnya terlihat bentuk stomata pada setiap daun. Hasil yang didapat dicatat dalam lembar kerja berupa gambaran bentuk stomata daun.

Pemilihan daun Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata sebagai bioindikator karena selain mudah didapat, untuk memudahkan melakukan penyayatan dan dikarenakan struktur daun yang tebal. Pemilihan bagian stomata sebagai bioindikator terhadap pencemaran udara dengan alasan stomata akan hanya terbuka pada saat fotosistesis dan hanya pada saat terdapat sinar matahari. Proses terbukanya dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh air dan hasil fotosintesis beserta karbondioksida. Bila kadar CO2 disekitar tumbuhan yang daunnya mengandung CO2 rendah, maka stomata terbuka dan begitu pula sebaliknya bila kadar CO2 tinggi, maka stomata menutup. Kondisi ini merupakan salah satu alasan mengapa stomata dapat dijadikan indikator pencemaran udara. Pada daerah yang tingkat pencemaran polusi udaranya tinggi, maka stomata daunnya berukuran kecil dan jumlahnya banyak, menyebar secara merata, dan warnanya cenderung berwarna gelap. Sementara pada daerah yang tingkat polusi udaranya rendah atau sama sekali bebas polusi maka stomata daunnya berukuran lebih besar dan jumlahnya sedikit serta berwarna terang.

Inovasi dalam pengembangan praktikum ini akan membantu peserta didik lebih memahami mengenai bukan saja mengenai struktur tumbuhan beserta fungsinya, namun juga menambah pemahaman mereka mengenai pencemaran udara. Secara umum peserta didik hanya dapat melihat pencemaran udara dengan melihat banyaknya polusi yang ditimbulkan dari aktivitas manusia seperti asap kendaraan, asap pabrik, penggunaan freon, kebakaran hutan, dan sebagainya. Peserta didik hanya dapat melihat dampak dari pencemaran tersebut secara tidak langsung dan mungkin hanya dapat merasakan beberapa dampak seperti rasa panas dan sesak ketika bernafas. Namun dengan pengembangan inovasi dalam praktikum, peserta didik dapat melihat dampak langsung yang dilihat dari hasil percobaan yang telah dilakukan.

Seperti yang telah diungkapkan bahwa di daerah dengan tingkat populasi tinggi, bentuk stomata akan menyempit dan jumlahnya banyak, ini menandakan kapasitas tumbuhan sangat terbatas dalam penyerapan karbondioksida. Sehingga oksigen yang terbentuk dari proses fotosintesis juga terbatas. Oleh karenanya penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan untuk kelangsungan hidup. Pengembangan inovasi praktikum ini juga mempunyai tujuan bukan saja untuk pengembangan di bidang akademik, namun juga di biidang nnon akademik. Nilai yang ditanamkan dari pengembangan inovasi ini mengajarkan kepada peserta didik untuk saling peduli, menjaga, dan menghargai.

 

 

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

 

A.    Simpulan

Pengembangan inovasi praktikum dengan menggunakan tanaman Rhoeo discolor dan Sanseviera trisciata akan membantu peserta didik dalam memahami materi terkaitpencemaran udara

B.     Saran

  1. Perlunya pengembangan inovasi praktikum supaya hasil yang dihasilkan akan lebih maksimal
  2. Pengembangan penggunaan tanaman lain sebagai bioindikator pencemaran udara terkait praktikum

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Fotosintesis dan Stomata, http://id.Wikipedia.org/, diakses pada tanggal 14 Mei 2013 pukul 13.00 WIB

 

Csintalan dan Tuba., 1992. The Effect of Pollution on The Physiological Processes in Plant (Fundamentals of Plant Physiological Indication of Pollutants at Individual level). Dalam Kovacs (ed). Biological Indicator in Environmental Protection. Ellis Horwood. New York.

 

Dahar, 1996: 11. http://biopointtenten.blogspot.com/2010/08/analisis-kegiatan-praktikum-biologi.html

 

Dwidjoseputro, D., 1984, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT. Gramedia, Jakarta

 

Fardi’az,S., 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta

 

Fitter dan Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan S. Andani dan ED Purbayanti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

 

Gagne (1984), http://biopointtenten.blogspot.com/2010/08/analisis-kegiatan-praktikum-biologi.html

 

http://azharion.blogspot.com/2012/09/rhoeo-discolor.html

 

http://en.wikipedia.org/wiki/Sansevieria_trifasciata

 

Isvasta Eka, 2002, Tingkat kerusakan Stomata Daun Zea mays di daerah Lalu Lintas Padat, Jurnal MIPA, UMS, Surakarta

 

Juliantara (2010) dalam Suci Normaliani Santoso http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16616-Paper-pdf.pdf “PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI PEREDUKSI PENCEMARAN UDARA PLANT APPLICATION AS REDUCER AIR POLLUTION” Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Diakses tanggal 8 Mei 2013 jam 18.09 WIB

 

Kovacs, M., 1974. Trees as Biological Indicator of Environmental Pollution. Dalam Kovacs (ed). Biological Indicator in Environmental Protection. Ellis Horwood. New York

 

Lakitan, B., 1993, Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta

 

Odum,EP., 1971, Fundamental of Ecology. WB.Saunders Co. Philadelphia-TorontoLondon

 

PP No. 41/199 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara | The Indonesian Coral Reef Foundation http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=108:pp-no-41199-tentang-p&Itemid=&lang=en#ixzz2TVjuvn8J

 

Ryadi, S., 1992. Pencemaran Udara. Usaha Nasional. Surabaya

 

 

keanekaragaman hanyati mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan. manfaat dari keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut:

  1. bahan pangan; banyak keanekaragaman hayati yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan seperti padi, kentang, kelapa, ayam, sapi dan sebagainya.
  2. bahan sandang; keanekaragaman hayati yang dimanfaatkan sebagaibahan sandang biasanya berupa kulit hewan, serat tumbuhan, hasil etabolisme hewan seperti sutra.
  3. obat-obatan; jahe merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. selain itu masih banyak tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan seperti jeruk, merica, buah naga, dan sebagainya.
  4. tempat tinggal; kayu pohon besar di manfaatkan sebagai bahan bangunan, selain itu daun dari pohon ara,kelapa juga banyak dimanfaatkan sebagai atap rumah.
  5. sumber bahan industri; industri-industri yang berkembang banyak memanfaatkan berbagai keanekaragaman hayati sebagai bahan baku industri, contohnya kelapa sawit, sapi perah, rotan, lontar,
  6. penelitian; bayaknya keanekaragaman hayati menarik setiap peneliti untuk meneliti setiap komponen keanekaragaman. selain itu, penelitian juga dilakukan bukan saja oleh peneliti, namun juga oleh siswa dari tingkat dasar sampai tingkat atas.
  7. keindahan; kanekaragaman akan memberi keindahan sebagai contoh taman, kolam, dan sebagainya
  8. fungsi ekosistem; keanekaragaman akan memberi fungsi ekosistem, artinya keanekaragaman akan berdampak terhadap kualitas ekosistem. sepeti contoh terjaganya hutan akan menjaga kualitas udara, sumber air, dan kesuburan tanah.

keanekaragaman hayati di zaman sekarang ini mengalami perubahan tatanan di dalam ekosistem. Contoh hewan dan tumbuhan langka adaah gajah, badak bercula satu, kasuari, repflesia, anggrek hitam, dan sebagainya. penyebab dari adanya perubahan ekosistem dapat disebabkan oleh dua faktor utama, yakni faktor manusia dan faktor alm.

Faktor Manusia

perubahan keseimbangan ekosistem banyak dipengarungi oleh aktifitas manusia seperti:

  1. perburuan liar, penebangan liar; meningkatnya kebutuhan manusia, meningkatkan pula perburuan terhadap hewan liar yang mempunyai nilai jual tinggi. hal tersebut akan menyebabkan berkurangnya hewan-hewan yang mempunyai nilai jual tinggi. penebangan hutan untuk kebutuhan kayu juga marak dilkukan oleh sebagian orang, karena kebutuhan untuk bahan bangunan, bahan industri dan sebagainya.
  2. eksploitasi hutan; perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan, perumahan, industri akan menjadikan berkurangnya lahan dan keanekaragaman yang ada di dalamnya.
  3. pencemaran; aktivitas manusia akan menimbulkan pencemaran di udara, tanah dan juga air

Faktor Alam

perubahan keseimbangan ekosistem dapat terjadi oleh faktor alam, seperti gunung meletus, gempa bumi

Manfaat Keanekaragaman dan Penyebab Kelangkaan

Code dan Sampah

Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi dasar adanya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Keberadaan sampah dapat menjadikan lahan pencaharian baru bagi sebagian orang, namun tidak menutup kemungkinan sampah dengan jumlah banyak menjadi masalah lingkungan dan kesehatan. Bagi masyarakat pedesaan mungkin adanya sampah belum terlalu berpengaruh terhadap kehidupan mereka karena dengan lahan yang masih luas, masyarakat mudah untuk mengelola sampah. Akan tetapi bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan adanya sampah menjadi masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan. Sampah diperkotaan telah menjadi perhatian bagi pemerintah pada khususnya serta pihak swasta dan masyarakat pada umumnya. Adanya timbunan sampah akan menyebabkan berbagai dampak negatif seperti timbulnya berbagai penyakit, saluran air yang  tersumbat, pencemaran air dan tanah, dan sebagainya.

Kawasan bantaran Sungai Code merupakan kawasan padat penduduk dengan jumlah penduduk mencapai 113.000 jiwa yang berada di 66 RW, 14 kelurahan serta 8 kecamatan (Jogjanews.com/joe, diakses tanggal 14 Mei 2012). Salah satu kawasan padat penduduk yakni di sekitar bantaran Sungai Code khususnya di wilayah Gondolayu sampai Ringroad Utara, dimana kawasan tersebut kini menjadi perhatian bagi pemerintah dan masyarakat terutama masalah sampah karena kawasan Code merupakan salah satu simbol kota Yogyakarta. Bukan hanya sebagai simbol dari Kota Yogyakarta, bantaran Sungai Code juga telah dimanfaatkan sebagai salah satu tujuan pariwisata budaya bagi wisatawan domestic ataupun manca negara.

Pengelolaan sampah diperkotaan seperti di Yogyakarta menjadi penting keberadaannya. Di Yogyakarta volume sampah yang terkumpul sebanyak 200 ton perhari, meskipun jumlah ini telah mengalami penurunan selama 6 tahun terakhir yang dapat mencapai 350 ton perharinya (Kedaulatan Rakyat, 2011). Tempat pembuangan sampah hasil aktivitas masyarakat salah satunya adalah di sungai. Pada pemetaan lokasi pembuangan sampah di 6 sungai di Yogyakarta tercatat ada 266 lokasi pembuangan sampah (Good Governance In Water Resource Management, 2004). Dalam hasil pemetaan didapat jumlah lokasi pembuangan sampah di Sungai Code dari Ringroad Selatan sampai Ringroad Utara sejumlah 31 titik dengan jumlah sampah yang ditemukan mencapai 83,9%. Akan tetapi sampah yang berada di tepi sungai tersebut telah hanyut terbawa aliran lahar dingin pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010, namun kini keberadaan sampah di tepi sungai muncul kembali.

Warga Pasang Pagar Listrik, Harimau Sumatera Terancam Punah

REPUBLIKA.CO.ID,JAMBI – Pihak Balai Taman Nasional Berbak (TNB) kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, menyayangkan warga Air Hitam Laut dan sekitarnya yang menggunakan pagar listrik untuk mengamankan kebun mereka. Akibat pagar listrik tersebut, sedikitnya dua ekor harimau Sumatera dalam empat bulan terakhir mati tersengat arus listrik pagar tersebut.

“Kami tentu saja sangat menyayangkan sistem pengamanan kebun yang menggunakan pagar dialiri arus listrik. Karena, hal tersebut bisa mengancam kelestarian harimau Sumatera di masa mendatang,” kata Kabid Pelestarian Lingkungan dan Wisata Alam (PLWA) TNB, Roman Fauzi, di Muara Sabak, Selasa.

Kebun-kebun warga berupa kebun tanaman kelapa dan lainnya memang berbatasan langsung dengan TNB. Kebun-kebun tersebut kini selalu dipagari dengan kawat yang dialiri arus listrik. Hal ini guna menanggulangi masalah serangan babi yang sangat tinggi di kawasan tersebut.

“Warga memang tidak bermaksud hendak membunuh harimau, tapi mencegah hama babi yang sering menganggu tanaman mereka,” ujarnya. ”Tapi, harimau juga berada di situ dan kebetulan melintasi pagar listrik sehingga ikut jadi korban dan mati tersengat listrik.”

Kondisi itu sangat mengkhawatirkan bagi upaya pelestarian satwa endemik Sumatera tersebut. Apalagi, saat ini pihak TNB baru bisa mendeteksi keberadaan 14 ekor harimau Sumatera saja dalam kawasan hutan tersebut.

”Dalam kurun waktu empat bulan belakangan ini, sedikitnya dua ekor yang ditemukan mati akibat tersengat arus listrik tengangan tinggi,” keluh Roman.

Warga Pasang Pagar Listrik, Harimau Sumatera Terancam Punah